Tanggal 8 September diperingati sebagai Hari Aksara Internasional. Tema yang ditetapkan UNESCO untuk Hari Aksara Internasional 2016 adalah “Reading the Past, Writing the Future”, atau “Membaca Masa Lalu, Menulis Masa Depan”. Di tingkat nasional, pemerintah Indonesia melalui Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memilih tema “Penguatan Literasi dan Vokasi dalam Membangun Ekonomi Berkelanjutan” di peringatan Hari Aksara Internasional 2016. 
Tema yang diambil pemerintah Indonesia itu mengacu pada enam kemampuan literasi, yaitu kemampuan baca tulis berhitung (Calistung), sains, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), keuangan, budaya, dan kewarganegaraan. Tema tersebut selaras dengan Nawa Cita yang menjadi agenda prioritas pemerintah Indonesia terkait pembangunan vokasi atau peningkatan keterampilan hidup masyarakat. 
Tema ini menjadi isu global karena tahun 2015 merupakan akhir dari dekade “Pembangunan untuk Berkelanjutan” dari UNESCO, atau UNESCO Decade of Education for Sustainable Development. Dekade ini juga merupakan akhir dari Millennium Development Goals (MDG’s) menjadi Sustainable Development Goals (SDG’s).

Pesan utama dari tema tersebut adalah untuk menunjukkan bahwa keaksaraan bukan hanya sekadar prioritas pendidikan, melainkan investasi yang sangat penting bagi masa depan yang berkesinambungan. 

Setiap negara memperingati Hari Aksara Internasional untuk mengingatkan pentingnya keaksaraan dalam membangun peradaban dan meningkatkan kualitas hidup manusia.

Hingga saat ini, usaha pemerintah Indonesia untuk memberantas tuna aksara di Indonesia telah mencapai hasil yang positif. Data Kemendikbud menunjukkan telah terjadi penurunan yang sangat siginifikan dalam hal penuntasan tuna aksara di Indonesia. Pada tahun 2005, persentase penduduk tuna aksara di Indonesia masih di angka 9,55 persen, atau sekitar 14,89 juta orang. Namun, angka tersebut menurun pada tahun 2014 menjadi 3,7 persen atau sekitar 5,94 juta orang. 

Sampai sekarang pun upaya penuntasan tuna aksara terus dilakukan pemerintah Indonesia, salah satunya melalui program-program keaksaraan yang dijalankan Kemendikbud. Program-program tersebut antara lain melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi negeri dan swasta dalam upaya gerakan masif penuntasan tuna aksara, serta program pemberdayaan masyarakat, seperti dukungan terhadap Taman Bacaan Masyarakat (TBM), atau penyelenggaraan Bengkel Literasi yang mengundang komunitas literasi. Diharapkan, angka tuna aksara di Indonesia semakin kecil, sehingga kesejahteraan masyarakat semakin meningkat.Oleh (Desliana Maulipaksi)
Sumber:www.kemendikbud.go.id