Pembelajaran yang
mampu menggali kemampuan peserta didik, membangkitkan keterlibatan aktif
peserta didik, dan memberi pengalaman belajar yang berkesan, bukan lagi
berpusat pada guru. Pembelajaran bermakna,Meaningful Learning dalam kurikulum 2013 adalah proses
pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik, yaitu melalui
langkah-langkah: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan.
Pembelajaran bermakna akan terwujud jika terjadi situasi pembelajaran yang
paling ideal, yaitu keaktifan siswa maksimal guru sangat siap mengajar dengan
metode dan persiapan yang matang dalam mengajar.
Untuk
bisa mewujudkan pembelajaran bermakna, maka tidak cukup jika siswa hanya
mendengarkan informasi dari guru atau hanya melihat tayangan yang diberikan
oleh guru. Siswa perlu melakukan aktifitas yang mendukung terjadinya proses
belajar. Sehingga harapan agar pembelajaran bisa menjadi perilaku dan karakter
diri bisa diwujudkan. Peran guru berubah dari “memberi/mengajar” menjadi
“fasilitator, pendiagnosis, pendorong, pengarah, dan pembentuk inisiator” .
Guru juga menjadi pembangkit belajar dan pemicu berpikir.
Praktik Pembelajaran Bermakna Pada
Mapel TGB


Teknik
Gambar Bangunan adalah Bidang  Keahlian
yang menyiapkan peserta didik untuk memiliki kompetensi perencanaan baik
perencanaan berupa gambar rumah (lengkap dengan denah,tampak,potongan dan
detail) dan juga perencanaan gedung serta perhitungan pelaksanaan RAB. Materi kali
ini adalah tentang Kompetensi Dasar (KD) Menggambar Teknik Bangunan Gedung Sub
Kompetensi Perencanaan Rumah Tinggal Tidak Bertingkat.
Guru
menyajikan beberapa contoh Gambar perencanaan yang lengkap dalam bentuk slide,
Gambar dan Maket. Dengan metode saintifik guru mempersilahkan kepada siswa
untuk mengamati media-media gambar tersebut.
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik
sistem penyajiannya salah satu bentuk metode saintifik.


Langkah-langkah saintifik tersebut adalah sebagai berikut:
A. Mengamati

Pengamatan Gambar Denah

Keunggulan melalui
langkah mengamati ini adalah dapat menyajikan media obyek secara nyata, peserta
didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan
mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan
yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak
terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.

Langkah mengamati
sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses
pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta
didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan
materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Contoh siswa sedang mengamati gambar perencanaan rumah yang akan digunakan sebagai pembuatan maket.


B. Menanya

Langkah menanya
dimaksudkan untuk a) membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatianpeserta
didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran; b) mendorong dan
menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan
dari dan untuk dirinya sendiri; c) Disamping itu juga membangkitkan ketrampilan
peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban
secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar; d) mendorong
partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan
berpikir, dan menarik simpulan; e) membangun sikap keterbukaan untuk
saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta
mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok; f) membiasakan peserta
didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang
tiba-tiba muncul; dan selanjutnya g) melatih kesantunan dalam berbicara dan
membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.


C. Menalar

pertukaran ide-ide lewat diskusi
Penalaran berupa ajuan ide

Penalaran adalah
proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Istilah menalar di
sini merupakan padanan dari associating. Istilah asosiasi dalam
pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan
mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan
memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman
tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang
sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya
yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar.

D. Mengkomunikasikan
Hasil


Aplikasi metode
eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan
belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran
yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan
kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara
penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari
dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4)
melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi,
menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan;
dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru
hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid (2) Guru
bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu
memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk
pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan
dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) Murid
melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil
kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara
klasikal.
Kegiatan pembelajaran
dengan pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga tahap, yaitu,
persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.


E. Jejaring Pembelajaran
atau Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran
kolaboratif sebagai satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas
peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang
lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi
dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan
masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga
memungkin peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tntutan belajar secara
bersama-sama.
Kebermaknaan kegiatan pembalajaran sangat berhubungan antara
metode mengajar guru dan keaktifan siswa. Interaksi tersebut dapat dilihat pada
bagan di bawah ini.
Metode Mengajar Guru
Keaktifan Siswa
Tidak Ada
Ada,Insidental
Ada, Tinggi
Tidak Ada
A
B
C
Ada,Insidental
D
E
F
Ada,Berkualitas
G
H
I
Dari tabel di atas tampak sembilan situasi pembelajaran yang
berbeda-beda. Dilihat dari segi metode mengajar guru dan keaktifan siswa, maka:
a. Situasi A, kedua pihak guru dan siswa
sama-sama tidak mempunyai minat mengajar dan belajar, maka sebenarnya tidak ada
kegiatan pembalajaran.
b. Situasi B, guru tidak siap mengajar
karena belum menyiapkan metode
mengajar, sedangkan siswa hanya memiliki sedikit niat belajar.
c. Situasi C, siswa memiliki niat belajar
yang sangat tinggi, tetapi guru tidak siap mengajar.
d. Situasi D, guru belum terlalu siap
mengajar, jadi hanya insidental, sedangkan siswa tidak memiliki niat belajar,
maka akan terjadi situasi pembelajaran tanpa respon dari siswa.
e. Situasi E, situasi pembelajaran hanya
bersifat insidental, Hasilnya hanyalah tujuan yang tercapai secara tidak sadar.
Tujuan diperoleh hanya melalui peniruan, penularan atau perembesan secara tidak
sadar.
f. Situasi F, guru mengajar hanya insidental, yaitu
hanya persiapan sekedarnya, tetapi minat siswa dalam belajar tinggi, sehingga
pembalajaran masih disadari oleh siswa.
g. Situasi G, walaupun guru sangat siap
mengajar tetapi pada pihak siswa tidak terdapat minat belajar sama sekali. Pada
situasi ini tidak tercipta situasi pembalajaran sama sekali.
h. Situasi H, walaupun guru sangat siap
mengajar, tetapi minat siswa dalam belajar hanya bersifat insidental, sehingga
tujuan pembelajaran hanya disadari oleh
guru.
i. Situasi I, adalah situasi pembelajaran
yang paling ideal, keaktifan siswa maksimal, sedangkan guru sangat siap
mengajar dengan metode dan persiapan yang matang dalam mengajar, sehingga kedua
belah pihak melakukan peranannya masing-masing.
Literatur: LPMPJateng