Sekolah Menengah kejuruan (SMK) memiliki 9 bidang keahlian dengan 48 program bidang studi keahlian dan 148 kompetensi keahlian (sesuai Spektrum Kurikulum 2017) artinya semua jurusan menyalurkan bakat, minat dan hobby dan lowongan kerja yang tersedia bagi anak yang akan melanjutkan ke SMK. Belajar di SMK juga mendapatkan mata pelajaran umum seperti, Agama, Olah Raga, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan sebgainya disesuaikan dengan kompetensi keahlian.

Keistimewaan SMK yang lain adalah praktek langsung di sekolah sesuai kompetensi keahlianya dan juga praktek kerja lapangan di perusahaan-perusahaan yang menampung siswa praktek selama 3 s/d 6 bulan guna mempersiapkan diri untuk berkerja setelah tamat dari Pendidikan SMK.

Tamatan SMK juga berhak melanjutkan Pendidikan yang lebih tinggi dengan jalur SNMPTN/SBMPTN dan bisa lewat daftar Bidik Misi (Beasiswa Kuliah) serta kuliah Ikatan Dinas, atau bisa pula melanjutkan menjadi anggota TNI/POLRI.

Dan, yang terpenting adalah para siswa mendapatkan bimbingan dan latihan untuk menjadi pengusaha agar memiliki jiwa kewirausahaan sejak muda dan sejak duduk di bangku SMK. 

KUNCI KEBERHASILAN SISWA SMK 

Siswa SMK haruslah paham dan menyadari kode etik, etika, etos anak. Ada beberapa point yang harus dijalani seperti : 
Menghormati Orangtua dan Guru
Menghormati Orangtua adalah perintah agama yang tidak boleh dilanggar dan merupakan kewajiban anak. Hal ini adalah bagian dari persiapan diri dari anak yang suatu saat kelak akan menjadi orangtua juga. Maka anak yang menghormati orangtuanya akan menjadi anak yang terhormat dikemudian hari.

Jika dirumah sudah terbiasa menghormati orangtua, maka hormat pada guru disekolah adalah hal yang akan selalu dilakukan begitu pula sebaliknya.

Orangtua juga merupakan guru abadi dan guru terbaik sepanjang hidup jadi menghormati orangtua adalah bagian penting pada kehidupan. 

Sudah Bisa Bangun Pagi Sendiri 
Bangun pagi adalah kodrat alamiah setiap manusia. Manusia dewasa haruslah bisa melakukan hal ini, bangun pagi tanpa bantuan orangtua adalah representasi dari kedisiplinan. Hal ini harus dibangun pada diri masing-masing siswa sejak dini. 
Sudah Mampu Mencuci Baju dan Seragam Sekolah 
Mencuci baju dan celananya sendiri adalah bagian dari latihan kemandirian yang sangat mendasar. Bertanggung jawab kepada dirinya sendiri untuk melengkapi kebutuhan dirinya sendiri.

Dalam hal ini, anak akan berlatih tentang prioritas. Mana pakaian yang paling kotor dan perlu perhatian lebih dalam proses permbersihan. Anak juga akan tau apa penyebab pakaian kotor sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Anak berlath kemandirian agar suatu saat kelak jika mereka harus pergi merantau jauh dari rumah dan orangtua, mereka sudah biasa melakukan semua sendiri. 

Melaksanakan Kewajiban Agama Tanpa Perintah Orangtua atau Guru 
Melaksanakan kewajiban agama tanpa perintah orangtua atau guru merupakan kenikmatan tersendiri. Anak harus memanfaatkan waktu sehat dan bugar untuk melaksanakan kewajiban beragama. Proses ini merupakan wujud dari pembentukan karakter yang bertanggungjawab. 
Belajar Dirumah Tanpa Perintah Orangtua 
Belajar dirumah dengan kesadaran diri sendiri tanpa diperintah oleh orang tua merupakan langkah yang sangat baik untuk menunjang rasa tanggungjawab dan haus akan ilmu. Banyak siswa yang setelah usai kegiatan belajar disekolah memutuskan untuk bermain. Bukan berarti bermain itu dilarang, tapi sebagai siswa, mereka harus bisa memprioritaskan mana yang lebih mereka butuhkan. Dengan belajar dirumah maka si anak akan bisa menyerap ilmu lebih banyak dan hasilnya tidak akan mengecewakan. Dalam hal ini, Intensitas belajar harus lebih banyak daripada bermain. Orangtua bisa mengawasi apa yang anak lakukan, jangan melarang anak bermain tapi beri pengertian bahwa belajar adalah prioritas tama mereka sebagai siswa. Saat libran sekolah adalah waktu untuk bermain dan Refresh otak mereka. 
Menjaga Kebersihan dan Kerapihan Diri 
Tahap ini adalah tahap dimana peran orangtua sangat dibutuhkan. Untuk anak laki-laki, peran ayah sangat vital dalam mengajari anaknya bagaiman berpenampilan rapih, bersih dan santun seperti rambut pendek dan memotong kuku. Ayah bisa menemani anak pergi ke salon untuk memotong dan merapikan rambutnya atau lebiha baik ketika si ayah bisa mencukur rambut anaknya. Ayah bisa memberi wejangan kepada anak sembari mencukur rambut. Tahap ini merupakan bagian penting untuk interaksi batin kepada anak. Pada fase ini anak sedang menjalani tahap dimana si anak ingin dibebaskan, mereka tidak mau keinginan mereka dibatasi atau bahkan dilarang. Jadi pendekatan emosional dari orang tua sangat diperlukan disini. Untuk siswi perempuan bisa berkonsultasi kepada ibu nya. Jika mereka adalah seorang muslim, mereka akan diarahkan bagaimana berpenampilan selayaknya perempuan muslim. Mengenakan jilbab dan menggunakan pakaian tertutup yang tidak memperlihatkan aurat adalah pola pembentukan diri yang diajarkan oleh agama, karena untuk muslim dan Muslimah bab pertama dalam ilmu Fiqih adalah Toharoh/Bersuci. Menjaga kebersihan dan kerapihan diri adalah bagian esensial dalam pembentukan karakter anak. 
Tidak Menyalahgunakan Media Sosial 
Pada zaman ini, Media Sosial merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan terutama oleh para anak muda. Sejatinya, Media Sosial diciptakan untuk saling memberi informasi dan berbagi hal-hal positif, tapi seiring berjalanya waktu, justru banyak masalah yang timbul dari Media sosial. Penyebaran isu SARA, Penebaran Kebencian, Sharing konten Porno, kasus penculikan bahkan Bunuh diri sudah dilakukan secara Live di Media Sosial. Pemerintah mengeluarkan undang-undang ITE untuk memberi batasan pada konten media sosial yang sudah terlampau provokatif. Peran guru dan orangtua disini sangatlah vital. Guru dan orangtua harus berkerjasama dalam menuntaskan masalah “kecanduan medsos”, dan harus dilakukan penyuluhan agar siswa mengerti bahwa konten di media sosial seperti pisau bermata dua, di satu sisi bisa sangat bermanfaat dan di sisi lain sangatlah mematikan. Kampanye internet positif juga belum bisa menutup lajur situs dan konten eksplisit dan porno, hingga akhirnya Google sebagai perusahaan IT terbesar di dunia membuat sistem Safe Search. Sistem ini diharap bisa menekan laju konten negative untuk muncul ke permukaan dan diharap membantu mendorong konsep internet positif untuk tampil lagi sebagai filter untuk para netizen yang “haus” informasi dari internet. 
Tidak Merokok dan Menjauh Dari Jangkauan Asap Rokok 
Tidak pernah ada yang mengajurkan siapa pun untuk merokok, karena dampaknya sangatlah buruk untuk kesehatan si perokok aktif dan perokok pasif. Tapi kenyataanya, sudah banyak siswa sekolah dasar yang dengan santainya merokok didepan umum, dan untuk anak sekolah lanjutan tingkat atas, sudah bukan hal yang aneh untuk khlayak jika melihat mereka merokok. Semua pihak berwenang harus ikut berpartisipasi menuntaskan masalah ini, terutam untuk para siswa, mereka sebaiknya menjaga kesehatan mereka dengan tidak merokok karena untuk meraih cita-cita dibutuhkan fisik dan mental yang sehat. 
Tidak Menggunakan Narkoba, Narkotika, Minuman Alkohol dan Zat Adiktif Lainya.
Menggunakan Narjoba berarti sudah kontrak mati. Bagaimanapun pengguna narkoba seperti sudah tidak punya harapan lagi, sangat sedikit yang bisa terlepas dari jeratan narkoba baik dari pihak pengguna dan pengedar. Semua pihak perlu bertanggungjawab akan masalah narkoba ini, pendekatan emosional dari orang tua harus sering dilakukan, sampaikan dengan santai, dengan bahasa dan istilah yang si anak kenal, perlahan tapi pasti tertanam dihati anak. Jika perlu berikan sedikit rasa takut, berikan visualisasi tentang bagaimana mengerikanya para “jungkie” yang banyak mati karena narkoba, atau para pengedar yang di hukum seumur hidup bahkan di hukum mati. Peran guru disekolah juga sebagai pembimbing dan pengawas anak, apa yang mereka lakukan dalam lingkungan sekolah. Lalu pemerintah juga harus lebih gencar memberi penyuluhan tentang bahaya narkoba. Dengan menjalani itu semua, maka sedikit demi sedikit masalah narkoba bisa diselesaikan dan para siswa bisa melanjutkan Pendidikan mereka dan meraih cita – cita. 
Tidak Melanggar Peraturan Agama 
Sembilan hal diatas tidak akan berjalan tanpa doa dan ikhtiar kepada Tuhan yang maha ESA. Lalu permasalahan paling besar justru timbul di fase ini, dimana setiap individu seharusnya menaati perintah agama, tapi kenyataanya pelanggaran aturan agama sudah biasa dilakukan oleh masyarakat modern. Seks bebas, mabuk-mabukan dan masih banyak hal yang tidak terpuji justru malah lumrah dilakukan. Banyak terjadi kasus siswa/siswi yang melakukan hubungan seksual seperti layaknya pasangan suami istri. Banyak pula kasus hamil duluan dan akhirnya di gugurkan, ada juga yang akhirnya menikah dan cita-cita yang sudah dibangun sejak dulu lenyap begitu saja. Masa muda terrengut akibat nafsu sesaat. Ini adalah fase paling mengkhawatirkan, dimana banyak anak sekolah yang pacaran dan hubungan itu berlangsung “kelewatan”. Pendidikan seks sejak dini memang perlu dilakukan dalam keluarga. Orangtua harus memberi tahu bagaimana konsekuaensinya jika anak-anak berani melakukan hubungan seks diluar nikah. Masalah ini harus diberi perhatian khusus dari semua pihak untuk masa depan yang lebih baik.