Peristiwa 10 November yang kita kenal sebagai Hari Pahlawan tak ubahnya sebagai sebuah seremoni belaka, samar-samar sejarah dan makna serta semangat dari hari pahlawan mulai dilupakan. Tanggung jawab itu seolah dibebankan semuanya di dunia pendidikan. Minimnya kreatifitas dalam mengajarkan nilai-nilai kepahlawanan seolah menjadi titik nadir dalam perjalanan bangsa ini. 
Rasa kepedulian yang sangat kecil dari kelompok masyarakat seolah menjadi jawaban bahwa peringatan hari pahlawan hanya sebuah ritual setiap tahun.Sikap tidak merasa memiliki ini bisa jadi bukan melulu kesalahan masyarakat, bisa jadi bukan kesalahan kita semua, semua itu berawal dari sistem yang pada akhirnya membuat masyarakat kehilangan kebanggaannya terhadap para pahlawan.
Bagaimana nilai-nilai kepahlawanan itu bisa diaplikasikan dalam era milienia sekarang? Tanpa sadar kita telah terjajah dengan teknologi (dari pagi sampai malam selalu berkutat dengan HP). Bentuk seperti itu yang merupakan penjajahan era sekarang. Teknologi tidak dipakai sebagai azas manfaat.
Sehingga tanpa sadari sebenarnya sebuah penjajahan gaya baru dimana penjajahan ini tidak dalam bentuk kekerasan fisik dan baku tembak namun terbentuk secara sistematis, terstruktur dan masif. Kasat mata akan tetapi justru penjajahan gaya baru ini sangat berbahaya dimana seluruh aspek baik ekonomi, sosial, politik, budaya serta menghancurkan generasi muda bangsa ini hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi serta perdagangan bebas efek dari globalisasi cepat atau lambat negara ini tak ubahnya sebagai sebuah sekat. (https://dhimasagungramadhan.blogspot.com).
Kemudian bagaimana meng-create Pahlawan-pahlawan baru sebagai seorang pemuda? Pejuang-pejuang Medsos, pejuang pejuang pendidikan dan pejuang-pejuang kekinian siapa yang akan menganugerahi gelar mereka dengan gelar pahlawan?